Tasikmalaya | Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Respati  bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya menggelar Seminar Nasional tentang Cegah  stunting Untuk Mewujudkan Generasi Emas  Berprestasi di Era Revolusi Industri 4.0.
Seminar yang bertema ” Cegah  stunting Untuk Mewujudkan Generasi Emas  Berprestasi di Era Revolusi Industri 4.0.” itu menghadirkan narasumber, Yakni Ir. Doddy Izwardy, M.A, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, SRI SUDARTINI, MPS.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat DINAS KESEHATAN PROV JAWA BARAT,dr. Marte Robiul Sani, SpA, M.Kes
(dokter spesialis anak RSIA Respati),



 dibuka oleh Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Respati, Dadan Yogaswara, S.K.M., M.K.M.  berlangsung di Auditorium Fave Hotel Kota Tasikmalaya, Sabtu  (14/03/2020).
dr. Marte Robiul Sani, SpA, M.Kes  yang menjadi Keynote Speaker pada seminar tersebut menjelaskan tentang konsep pencegahan stunting.
“Stunting adalah suatu kondisi yang ditandai ketika panjang  atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umur. Atau mudahnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya,” harus dapat membedakan juga perawakan pendek dengan stunting, untuk perawakan pendek  jika panjang badan atau tinggi badan menurut umur berada dibawah Z score -2 WHO Growth Standard, sementara untuk Stunting jika Perawakan pendek tersebut disebabkan nutrisi yang suboptimal atau infeksi kronis “ujar”
.
Marte menyebutkan, Intervensi gizi disertai stimulasi merupakan tatalaksana utama stunting terutama pada 1000 HPK


 “Kami mengajak kepada semua pihak untuk memahami tentang stunting, sehingga semua masyarakat dapat mencegah, kami menyampaikan apresiasi kepada STIKes Respati yang telah peduli terhadap kasus tersebut, pendampingan dapat dilakukan dengan berbagai program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang merupakan tri dharma perguruan tinggi,’ ujarnya.
Sementara itu, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Respati, Dadan Yogaswara, S.K.M., M.K.M  mengatakan, STIKes Respati  telah mengambil peran penting dalam menangani kasus stanting, khususnya yang terjadi di Kabupaten Tasikmalya. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan kajian, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Pada tahun 2019  STIKes Respati mendapatkan kepercayaan dari Dirjen Dikti setelah melalui proses seleksi pengajuan proposal. Peserta pengaju proposal PHBD berasal dari seluruh Perguruan Tinggi Se Indonesia. Adapun judul Proposal yang diajukan oleh Mahasiswa STIKes Respati yaitu ” Pemodelan Debasting (Desa Bebas Stunting) Melalui Pemberdayaan Perempuan Dan Pendekatan Budaya  Di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2019 “.
Kedepan kata Dadan, STIKes Respati  akan terus meingkatkan kerja sama dengan pihak – pihak terkait dalam hal pencegahan stunting bagi masyarakat, ini telah menjadi tanggung jawab kita bersama. [fy]