Pandemi Covid-19 masih belum berakhir, bahkan di era normal ini. Data pada laman covid-19.go.id per tanggal 6 Juli 2020 menunjukkan adanya penambahan kasus terkonfirmasi sebanyak 1.853 kasus. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian seluruh elemen masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dan melakukan upaya pencegahan. Tidak ada satupun anggota masyarakat  bebas dari risiko tertular Covid-19, termasuk kelompok remaja. 

Remaja menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah mereka yang berusia 12-24 tahun, sementara menurut Kemenkes RI, batasan usia remaja adalah 12-19 tahun.  Saat ini remaja menjadi bagian terbesar dalam populasi dunia, termasuk Indonesia. Menurut BKKBN, pada tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia yang berusia 10-24 tahun sebanyak 66,3 juta jiwa dari total penduduk sebesar 258,7 juta. Artinya terdapat 66,3 juta remaja sebagai calon generasi penerus yang berisiko tertular Covid-19 jika tidak dijaga dan didorong melakukan upaya pencegahan.   

Sebagaimana kita ketahui seseorang yang terinfeksi virus corona bisa jadi tidak menunjukkan gejala apapun atau bergejala sangat ringan, sehingga dia tetap beraktifitas seperti biasa, dan bertemu dengan orang lain. Seseorang yang terinfeksi virus corona dapat menularkan kepada dua atau tiga orang lain, yang kemudian dengan cepat menjadi ratusan dan ribuan (tergantung dari mobilitas masyarakat). Sesuai dengan perkembangan, remaja merupakan individu yang aktif, senang bersosialisasi, komunikasi dan berkumpul dengan kelompoknya, Jika seorang remaja terinfeksi Covid-19  namun tidak merasakan gejala sehingga tetap beraktifitas di luar rumah tanpa menerapkan protokol kesehatan, berkumpul dengan teman, bertemu dengan orang-orang yang juga tidak menerapkan protokol kesehatan, maka dapat dibayangkan setelah sekian hari akan ditemukan berapa puluh, atau mungkin ratus, orang yang terinfeksi? Remaja terinfeksi yang tetap beraktifitas diluar rumah (missal futsal, nongkrong di mall atau kafe, pergi ke warnet) maka dia menjadi agen penyebaran Covid-19 bagi orang sekitar yang bertemu dan berinteraksi dengannya atau bahkan sekedar menyentuh benda yang terkontaminasi virus darinya. 

Lantas bagaimana caranya agar remaja yang jumlahnya tidak sedikit ini bisa mencegah dan  memutus mata rantai penularan virus corona? Jawabannya adalah remaja harus memahami dan menerapkan kebiasaan baru dalam beraktifitas serta didukung oleh pola hidup sehat. Memahami dengan baik apa itu new normal adalah bekal awal yang harus dimiliki remaja.  Remaja harus tahu bahwa tujuan dari new normal adalah agar masyarakat tetap produktif, melakukan aktivitas dengan aman, dan terhindar dari Covid-19. Ketika new normal diberlakukan bukan berarti virus sudah punah kemudian kembali pada kehidupan normal seperti sebelum terjadi pandemi. Sangatlah salah, jika new normal dipahami sebagai kembali beraktifitas normal tapi dengan kebiasaan lama (berkerumun, tidak jaga jarak, bersalaman, tidak mencuci tangan). Hal  ini adalah risiko besar untuk terjadi penularan.  Sesuai namanya, new normal (normal yang baru), berarti ada kehidupan dengan gaya baru, kebiasaan baru, yaitu suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh masyarakat, baik individu maupun institusi/ lembaga untuk melakukan pola harian, pola kerja atau pola hidup baru yang berbeda dengan sebelumnya. Misal yang tadinya berkerumun, berkumpul tanpa jarak sekarang harus dibatasi jarak minimal 1 meter di semua aktifitas dan tempat, seperti pasar, kantor, toko, dalam lift, bahkan di sekolah. Contoh lainnya adalah penggunaan masker dan mencuci tangan. Catatan pentingnya adalah: apabila hal ini tidak dilakukan maka risiko penularan akan terjadi, kasus positif dan kematian pun bertambah. Dengan new normal berarti harus beradaptasi dengan “Kebiasaan Baru”, agar bisa bekerja, belajar dan beraktivitas dengan produktif di era Pandemi Covid-19.

Apa saja kebiasaan baru yang harus diterapkan remaja di era new normal ini? Menggunakan masker setiap keluar rumah (baik jarak jauh ataupun dekat, lama ataupun sebentar), mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir minimal selama 20 detik, mengganti baju setelah keluar rumah, menjaga jarak minimal 1 meter ketika berinteraksi dengan orang lain dimanapun, menghindari kerumunan dan keramaian, tidak melakukan aktifitas keluar rumah jika memang bukan hal yang penting, tidak bersalaman ketika bertemu dengan orang lain (cukup dengan ucapan salam dan tegur sapa), memilih berdiam di rumah apabila tidak ada hal penting yang mengharuskan keluar rumah, apalagi jika merasa badan terasa tidak enak, serta menutup mulut dengan tisu atau bagian lengan atas ketika bersin/ batuk, 

Terakhir,  hal penting yang perlu diperhatikan oleh remaja adalah menerapkan pola hidup sehat sebagai upaya meningkatkan daya tahan tubuh, karena daya tahan tubuh yang baik dapat menurunkan risiko penularan Covid-19. Remaja harus makan makanan yang bergizi, olahraga teratur setiap hari (dengan memperhatikan protocol kesehatan), berjemur di pagi hari, minum air putih minimal 8 gelas sehari, mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, hindari stress, melakukan aktifitas ibadah, istirahat cukup, serta tidak begadang.

Demikian bagaimana remaja harus mengatur pola hidup agar terhindar dari Covid-19. Pilihan ada ditangan Anda, akan memilih tetap beraktifitas seperti sebelum pandemi yang kemudian berisiko tinggi tertular dan menularkan Covid-19, ataukah memilih kebiasaan baru seraya menerapkan pola hidup sehat? Jika yang kedua yang dipilih maka SELAMAT, Anda menjadi remaja kekinian yang peduli, berupaya melindungi diri sendiri, keluarga, dan juga orang sekitar. Selamat menjadi generasi milenial di era new normal.

Hariyani Sulistyoningsih, S.KM., M.KM

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, STIKes Respati Tasikmalaya

yanstia_77@yahoo.co.id